Manusia hidup di dunia ini dengan dibekali waktu yang sama oleh Allah, 24 jam sehari. Tidak kurang, tidak lebih. Tetapi kenapa setiap orang memiliki nasib yang berbeda-beda? Sebagian sukses dan berkecukupan sementara sebagian lainnya merana dan takluk dengan keadaan serba kekurangan.
Mari kita cermati bersama kisah berikut ini:
Di sebuah hutan di Lampung, ada seekor gajah liar yang tampak beringas sedang mengamuk. Seorang pawang gajah menangkapnya dari dalam hutan yang masih rimba. Gajah tersebut menghentak-hentakkan kakinya, menggoyangkan belalainya dengan keras dan sepasang matanya liar menatap sekeliling. Gajah tersebut mencoba berlari, meronta dengan sekuat tenaga, tetapi semua usahanya sia-sia. Sebentuk rantai berukuran besar (seperti rantai yang digunakan untuk menahan kapal di dermaga) tampak membelenggu satu kaki belakangnya. Rantai besar tersebut diikatkan kepada sebuah pohon besar, sehingga tampak mustahil lah seluruh usaha sang gajah untuk bisa melarikan diri.
Tetapi gajah tersebut tidak menyerah, setiap hari ia mencoba meronta dengan seluruh tenaganya. Sang pawang tetap setia memberikan gajah tersebut makanan dan minuman. Namun sang gajah tetap meronta dengan beringas. Ia mencoba berlari, lalu jatuh lagi, bangun lagi, berlari lagi, terjatuh lagi, begitu seterusnya. Seminggu berlalu, sebulan, dan akhirnya dalam waktu 3 bulan gajah tersebut menyerah dan tidak lagi berusaha lepas dari rantai nan kokoh tersebut.
Setelah gajah tersebut sudah nampak lebih tenang, apa yang dilakukan sang pawang kemudian? Pawang gajah mengganti rantai yang berat dan besar tersebut dengan tali ijuk yang ringan lagi rapuh. Tetapi apa yang terjadi? Gajah yang dulunya liar itu tetap tenang dan tidak berusaha kabur. Kenapa? Karena ia menyangka bahwa tali ijuk tersebut adalah rantai besar yang telah mengikatnya selama ini.
Begitulah, gajah tersebut takluk, menyerah, dan kalah oleh sebentuk tali ijuk nan rapuh yang menjelma sebagai rantai besar dalam pikirannya.
Apa yang dialami oleh gajah liar tersebut, boleh jadi dialami oleh sebagian orang-orang yang menyerah pada pikiran dan perasaan takut dalam dirinya. Mereka mengira, bahwa kegagalan dan ketakutan akan kegagalan akan terjadi terus-menerus selama hidupnya, selama 24 jam dalam sehari. Sehingga mereka tidak melakukan apapun untuk bisa mengubah nasibnya. Dan kalaupun mereka melakukan sesuatu, mereka akan menyerah ketika menghadapi masalah dan rintangan yang boleh jadi justru akan semakin menguatkan ketika bisa dilalui dengan baik.
Biarkan mereka seperti itu, tapi kita jangan.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar